Panti Sosial Asuhan Anak Bani Ahdi | Peduli Yatim dan Dhu'afa, Salurkan Donasi Anda Melalui Rek. Bank BRI Unit Wanayasa Cabang Purwakarta : 4357-01- 010176-53-3 an. Yayasan Bani Ahdi

Komunitas Nabung Jum'at dan Dapur Aqiqah Purwakarta Beri Santunan Anak Yatim Bani Ahdi

Majlis Anak Yatim Bani Ahdi dikunjungi oleh Komunitas Nabung Jum'at dan Dapur Aqiqah Purwakarta dalam rangka memberikan santunan kepada anak anak yatim. (Jumat, 27/12/2109)

Santunan diberikan kepada anak anak yatim bani ahdi berupa uang saku dan makanan aqiqah yang dikhususkan penyalurannya dari ibu wiwik binti hardjo dan dari Komunitas Jum'at Nabung.

Dalam pemaparannya, ketua Yayasan Bani Ahdi yang mewakili ust. Asep Sumitra dan Aan Rukanda mengucapkan terima kasih atas penyaluran aqiqahnya.

"Mudah mudahan, penyaluran santunan aqiqah ini, dari ibu wiwik dan keluarga besar dapur aqiqah Purwakarta diterima Allah Swt" katanya.

Selain itu juga ucapan terima kasih kepada Komunitas Nabung Jum'at yang sudah memberikan santunan berupa uang sakunya kepada anak-anak yatim.

"Untuk keluarga besar Komunitas Nabung Jum'at, semoga menjadi ladang amal yang baik disisi Allah, dan dibalas dengan balasan yang berlipat ganda," kata ketua Yayasan Bani Ahdi Aan Rukanda.

Berikut poto-potonya :



Share:

Menjelang Bulan Suci Ramadhan, Anak-anak Yatim Yayasan Bani Ahdi Diberi Santunan dan Dibekali Ilmu Agama

Yayasan Bani Ahdi, Minggu (28/4/2019) - Menjelang bulan suci Ramadhan, anak-anak yatim Yayasan Bani Ahdi diberi santunan serta dibekali ilmu agama tentang kesucian bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan merupakan bulan suci yang penuh ampunan, keberkahan dan dibukakannya pintu surga, serta pahala yang berlipat-lipat di bulan suci ini menjadi bulan yang sangat dinantikan oleh banyak umat muslim di seluruh dunia.

Amalan-amalan yang baik di bulan suci Ramadhan selain berpuasa, yakni disunahkan melaksanakan shalat tarawih, perbanyak tadarus al-Qur'an, sodaqoh, dan lainnya.

Untuk itu, kesucian diri menjelang Bulan Ramadhan merupakan hal yang dianjurkan, para ahli ilmu hadits dan fiqih menyampaikan banyak menjelaskan berkenaan dengan pembersihan diri sebelum bulan ramadhan.

Membersihkan diri memiliki makna bersih lahir dan batin (jiwa dan raga), sebagai contoh pembersihan batin yakni dianjurkan untuk saling memaafkan antar sesama, hindari dari sifat-sifat tercela.

Dan untuk pembersihan lahirnya yakni, disunahkan untuk mandi, potong kuku, rambut dirapihkan (cukur).

Semoga di Bulan Ramadhan tahun ini, keberkahan dan ampunan Allah senantiasa menghampiri kita semua. Aamiin.

Narasumber : Ust. Asep Sumitra

Share:

Penguatan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) Periode 2015

Dalam rangka penguatan pelaksanaan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) periode 2015, PSAA Bani Ahdi bekerjasama dengan Medco Poundation  Jakarta mengadakan kegiatan santunan anak yatim Pustaka Ilmu ke-5 (lima) dan Temu Mimpi dengan tema "Sahabat Pena" di wilayah Desa Mekarjaya, Kecamatan Kiarapedes Kabupaen Purwakarta (19/12/2015).
Adapun kegiatan tersebut dihadiri oleh 40 anak yatim/piatu,  tokoh masyarakat desa Mekarjaya, pihak Medco Poundation dan Pengurus Yayasan Bani Ahdi yang ditugaskan sebagai pengelola kegiatan.
Pemberian santunan berupa kebutuhan makan dan alat-alat sekolah. Salah satu tujuan dari kegiatan tersebut adalah sebagai bentuk kecintaan terhadap anak-anak yatim/piatu dan anak terlantar yang dituangkan dalam "Jalinan Tali Kasih".


















Share:

PSAA BANI AHDI WANAYASA GELAR TADABUR ALAM KE BANDUNG

Sebagai bentuk rasa syukur dan kepedulian kami terhadap anak-anak yatim, PSAA Bani Ahdi Wanayasa kembali menggelar tadabur alam ke Bandung, diawali menuju tempat wisata, kantor redaksi Pikiran rakyat dan alun-alun Masjid Raya bandung, (Selasa 27 Oktober 2015), diikuti oleh 120 anak-anak yatim dan didampingi oleh pengasuh.
Kegiatan tersebut diawali dari komitmen kami sebagai pengurus untuk tetap memberikan kebahagiaan terhadap anak-anak yatim, terlihat dari raut wajah mereka rasa bahagia yang mendalam karena pada umumnya mereka tidak pernah merasakannya.
Adapun tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah refleksi diri dan bentuk tafakur kehadirat lillahi rabbi atas nikmat yang diberikan-Nya.

Ketua Yayasan Bani Ahdi saat memberikan piagam penghargaan kepada Redaksi Pikiran Rakyat sebagai donatur tetap

Anak-anak dengan khidmat menyimak arahan dari Pikiran Rakyat

Sebagian pengurus PSAA tengah siap-siap mengadakan kegiatan "Saweran"



Tim Pikiran Rakyat memberikan donasi untuk anak-anak yatim secara simbolis

Pengurus dan anak-anak sibuk dengan sawerannya :)

Bimbingan dan arahan dari pembina yayasan

Ust. Asep Sumitra sebagai pembina memberikan tausiyah


Share:

Penguatan Anak Asuh di Desa Mekarjaya Kiarapedes Purwakarta

Assalaamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh,
Rencana kegiatan Yayasan Bani Ahdi pada hari Sabtu 28 Maret 2015 adalah pelaksanaan penguatan anak asuh di lokasi Desa Mekarjaya,Kecamatan Kiarapedes Purwakarta,
Untuk itu kami mohon dukungan dan du'a dari semua simpatisan agar lancar dalam pelaksanaannya. Aamiin....
Terimakasih. Wassalamu'alaikum WrWb.
Share:

Peran Pekerja Sosial Dalam Undang - Undang No.11 Thn. 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya,untuk menjaga harkat dan martabatnya, anak berhak mendapatkan perlindungan khusus,terutama perlindungan hukum dalam sistem peradilan Anak.Indonesia. Sebagai Negara yang turut meratifikasi Konvensi Hak- Hak Anak, kita mempunyai kewajiban untuk memberikan perlindungan khusus terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. Salah satu upaya melaksanakan perlindungan anak tersebut adalah dengan tidak diterapkannya lagi Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 karena Undang-Undang tersebut dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat khususnya bagi kepentingan terbaik anak. Karena ketentuan hukum dalam Undang-Undang tersebut belum
secara komprehensif memberikan perlindungan yang memadai kepada anak yang berhadapan dengan
hukum sehingga perlu diganti dengan Undang-Undang baru.
Dalam rangka mewujudkan peradilan yang benar-benar menjamin perlindungan terhadap kepentingan terbaik Anak yang berhadapan dengan hukum, Negara berusaha mewujudkan hak-hak Anak yang selaa ini dianggap belumterwujud yaitu: adanya “ Keadilan “ bagi Anak. Ketidakadilan bagi Anak yangberhadapan dengan hukum dapat dirasakan bahwa dalam pelaksanaan hukuman bagi Anak bukannyadapat merubah perilaku Anak dari negative ke perilaku positif namun justru akan menambah kualitas dan kuantitas kejahatan Anak atau kejahatan terhadap Anak semakin meningkat, dan juga dengan adanyapelaksanaan peradilan tindak pidana anak tidak menurunkan tingkat resividisme dan tindak pidana anak,Proses peradilan gagal menempatkan anak sebagai ‘orang kecil’,Peradilan lebih mengutamakan perampasankemerdekaan Anak dari pada upaya menumbuhkan tanggung jawab Anak,Peradilan lebih terfokus pada pidana pelaku,dan ketetapan pengadilan masih mengacu pada memberikan pembalasan pada pelaku tindak pidana Anak.

Mengingat dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 anak masih belum dilihat dari mahluk kecil yang sepatutnya mendapat hak-haknya sebagai orang kecil yang masih tumbuh kembang, agar mereka diperlakukan secara khusus dalam seluruh proses peradilan mulai dari tahap penyidikan sampai pada diberlakukannya ketetapan peradilan. Ketidakberpihakan peradilan terhadap ‘orang kecil’ yang masih dalam pertumbuhan baik fisik maupun mental tersebut ,terlihat seperti adanya keputusan peradilan yang bersifat pembalasan perbuatan atas kejahatan yang dilakukan anak. Tindakan ini tentunya dimaksudkan agar Anak menjadi jera. Selain itu, banyak keputusan peradilan yang terfokus pada upaya menghukum pelaku pidana saja, sehingga masih menimbulkan stigmatisasi seperti penyebutan anak sebagai Anak Pidana,Anak Negara dan Anak Sipil.

Dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 yang berisi tentang Sistem Peradilan Pidana Anak ini
diharapkan akan dapat mengayomi Anak yang Berhadapan Dengan Hukum ( ABH ) mengingat bahwa Sistem Peradilan Anak adalah merupakan keseluruhan Proses penyelesaian perkara Anak yang berhadapan dengan hukum,mulai dari tahap penyelidikan sampai pada tahap pembimbingan, setelah menjalani pidana.Undang-Undang itu juga mengamanatkan agar Anak harus sudah mendapat pendampingan mulai dari awal penyelidikan hingga pada adanya ketetapan hukum yang tetap. Selain itu, Pihak-pihak yang terkait dalam sistem peradilan anak harus mampu memahami tentang karakteristik dan dinamika Anak sepenuhnya, kecuali itu masyarakatpun harus ikut dilibatkan secara aktif dalam implementasi Undang-Undang No.11 Tahun 2012 ini.
Anak dalam Undang
-
Undang No.11 Tahun 2012 dimasukkan dalam beberapa katagori yakni anak yang
berkonflik dengan hukum,anak yang menjadi korban tindak pidana dan
anak yang menjadi saksi tindak
pidana.
Implementasi Undang
-
Undang tersebut memerlukan keterlibatan Pekerja Sosial. Keterlibatan Peran
Pekerja Sosial ini mendapat porsi yang sangat penting mengingat keberadaan mereka diperlukan sejak pada
tahap penyidikan
hingga pada adanya ketetapan hukum. Sebagai pendamping Anak Pekerja sosial harus
melaksanakan tugasnya bukan saja melakukan pendampingan terhadap Anak pelaku,malaksanakan
rehabilitasi terhadap Anak Korban tindak pidana dan memberikan perlindungan untuk
Anak Saksi, serta
tidak kalah pentingnya Pekerja Sosial juga harus mengupayakan kepada masyarakat agar mereka dan
pihak
-
pihak lain memahami makna
Diversi
dan
Restorative Justice
dan implikasinya terhadap
perkembangan Anak.
Keadilan Restoratif
sebagai lan
dasan yang melatar belakangi Undang
-
Undang ini, mengamanatkan agar
penyelesaian perkara tindak pidana
Anak
dengan melibatkan
pihak
-
pihak seperti :
pelaku,korban,keluarga
pelaku/korban,dan pihak lain yang terkait untuk bersama
-
sama mencari penyelesaian yan
g adil dengan
menekankan pada upaya pemulihan kembali kondisi pada keadaan semula, dan bukan mengupayakan
tindakan pemba
lasan inilah esensi dari Keadilan Restoratif. Sementara itu,
Keadilan Restoratif bagi sebagian
masyarakat masih dianggap barang baru ap
alagi jika terkait dengan tindak pidana, masyarakat masih
menaruh curiga terhadap penyelesaian perkara tindak pidana melalui upaya diluar system peradilan yang
biasa.
SPPA ini menekankan agar penyelesaian pengadilan formal dialihkan menjadi penyelesaian ya
ng
mengedepankan win
-
win solution yaitu dengan diupayakannya Diversi.
Diversi bertujuan agar terjadi
perdamaian antara korban dan Anak; penyelesaian perkara Anak diluar proses peradilan; penghindaran
Anak dari perampasan kemerdekaan dan masyarakatpun harus
berpartisipasi dan menanamkan rasa
tanggung jawab kepada Anak. Diversi lebih menekankan pada upaya memperhatikan kesejahteraan baik
bagi Anak pelaku maupun Anak Korban. Diversi diterapkan agar terjadi penghindaran Anak dari Hukuman
Penjara, penghindaran
anak dari stigma negatif,
dan
penghindaran anak dari pembalasan,
Dengan Diversi
diharapkan
terciptanya
keharmonisan masyarakat dengan
berlakunya atas kepatutan perlakuan, tegaknya
kesusilaan dan
terselenggaranya
ketertiban umum
Pendekatan Restoratif yang
diawali dengan upaya Diversi ( disetiap tahapan proses peradilan ) yang didasari
untuk mendahulukan Kepentingan Terbaik bagi Anak, memerlukan mediasi oleh Pekerja Sosial dan P
etugas
Kemasyarakatan.U
paya mediasi dilaksanakan dengan menghadirkan pihak
-
pihak
terkait seperti keluarga
pelaku,keluarga korban, tokoh masyarakat ,pihak penyidik,Advokat, wali dan penuntut. Melalui mediasi
inilah Pekerja Sosial dan PK mencari solusi yang terbaik bagi Anak berdasarkan musyawarah. Dengan
keahlian memediasi diharapkan Pe
kerja Sosial mampu memberikan pemahaman tentang pentingnya
Restoratif melalui Diversi pada seluruh peserta yang hadir dalam proses tersebut
Undang
-
Undang No.11 Tahun 2012 memperjelas tentang peran dan tugas Pekerja Sosial yakni : Pekerja Sosial
wajib me
mberikan pertimbangan dan saran pada tahap penyelidikan serta memberikan laporan hasil pemeriksaan terhadap Anak Korban dan Anak saksi. Selain itu Pekerja Sosial bertugas : membimbing,
pihak
-
pihak lain memahami makna
Diversi
dan
Restorative Justice
dan implikasinya terhadap
perkembangan Anak.
Keadilan Restoratif
sebagai lan
dasan yang melatar belakangi Undang
-
Undang ini, mengamanatkan agar
penyelesaian perkara tindak pidana
Anak
dengan melibatkan
pihak
-
pihak seperti :
pelaku,korban,keluarga
pelaku/korban,dan pihak lain yang terkait untuk bersama
-
sama mencari penyelesaian yan
g adil dengan
menekankan pada upaya pemulihan kembali kondisi pada keadaan semula, dan bukan mengupayakan
tindakan pemba
lasan inilah esensi dari Keadilan Restoratif. Sementara itu,
Keadilan Restoratif bagi sebagian
masyarakat masih dianggap barang baru ap
alagi jika terkait dengan tindak pidana, masyarakat masih
menaruh curiga terhadap penyelesaian perkara tindak pidana melalui upaya diluar system peradilan yang
biasa.
SPPA ini menekankan agar penyelesaian pengadilan formal dialihkan menjadi penyelesaian ya
ng
mengedepankan win
-
win solution yaitu dengan diupayakannya Diversi.
Diversi bertujuan agar terjadi
perdamaian antara korban dan Anak; penyelesaian perkara Anak diluar proses peradilan; penghindaran
Anak dari perampasan kemerdekaan dan masyarakatpun harus
berpartisipasi dan menanamkan rasa
tanggung jawab kepada Anak. Diversi lebih menekankan pada upaya memperhatikan kesejahteraan baik
bagi Anak pelaku maupun Anak Korban. Diversi diterapkan agar terjadi penghindaran Anak dari Hukuman
Penjara, penghindaran
anak dari stigma negatif,
dan
penghindaran anak dari pembalasan,
Dengan Diversi
diharapkan
terciptanya
keharmonisan masyarakat dengan
berlakunya atas kepatutan perlakuan, tegaknya
kesusilaan dan
terselenggaranya
ketertiban umum
Pendekatan Restoratif yang
diawali dengan upaya Diversi ( disetiap tahapan proses peradilan ) yang didasari
untuk mendahulukan Kepentingan Terbaik bagi Anak, memerlukan mediasi oleh Pekerja Sosial dan P
etugas
Kemasyarakatan.U
paya mediasi dilaksanakan dengan menghadirkan pihak
-
pihak
terkait seperti keluarga
pelaku,keluarga korban, tokoh masyarakat ,pihak penyidik,Advokat, wali dan penuntut. Melalui mediasi
inilah Pekerja Sosial dan PK mencari solusi yang terbaik bagi Anak berdasarkan musyawarah. Dengan
keahlian memediasi diharapkan Pe
kerja Sosial mampu memberikan pemahaman tentang pentingnya
Restoratif melalui Diversi pada seluruh peserta yang hadir dalam proses tersebut
Undang
-
Undang No.11 Tahun 2012 memperjelas tentang peran dan tugas Pekerja Sosial yakni : Pekerja Sosial
wajib me
mberikan pertimbangan dan saran pada tahap penyelidikan serta memberikan laporan hasil pemeriksaan terhadap Anak Korban dan Anak saksi. Selain itu Pekerja Sosial bertugas : membimbing,
Share:

Kegiatan Tadabur Alam di Cibinong Subang

Untuk yang kesekian kalinya, Yayasan Bani Ahdi melaksanakan santunan sekaligus tadabur alam di Cibinong Subang, tepatnya pada 30 Nopember 2014. 
Terlihat para pengurus tengah sibuk mempersiapkan segala keperluan untuk kegiatan tersebut, tidak ketinggalan anak-anak yatim sebagai anak asuhannya ikut mempersiapkan diri, mereka berbondong-bondong mengikuti kegiatan tersebut dengan penuh semangat, canda dan tawa terlihat dari raut wajah mereka.
Program ini merupakan agenda dari yayasan, sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap anak-anak yatim, “Kegiatan ini adalah program tahunan yayasan yang kami kelola, sebagai wujud kepedulian kami terhadap anak-anak yatim” demikian diungkapkan oleh ketua Yayasan Bani Ahdi (Aan Rukanda).
Yayasan Bani Ahdi adalah sebagai salah satu yayasan yang ada di Desa Wanasari Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta yang bergerak di bidang kepedulian sosial, sejauh ini yayasan tersebut sudah cukup memberikan bantuan yang sangat bermanfaat untuk anak-anak yatim, kaum du’afa dan jompo.
Dengan bekal keyakinan, keikhlasan dan tanggung jawab yang besar, ketua Yayasan bani Ahdi berharap Yayasan ini menjadi salah satu Yayasan yang bisa memberikan inspirasi bagi masyarakat Purwakarta, dan menjadi yayasan percontohan yang ada di kabupaten Purwakarta, dengan mengedepankan Iman dan Taqwa kepada Allah SWT sesuai ajaran Islam yang sesungguhnya. (Red)
Share:

Postingan Populer

Recent Posts